- Investigasi Earthsight dan Auriga Nusantara mengungkap bahwa kayu yang digunakan kendaraan rekreasi favorit di Amerika Serikat terhubung dengan pemusnahan hutan hujan tropis di Kalimantan, Indonesia.
- Industri kendaraan rekreasi (RV - recreational vehicle) merupakan pengguna kayu tropis terbesar di Amerika Serikat, menghabiskan rerata 500 pohon dewasa per hari.
- Tiga perusahaan di antaranya mencakup 86% kendaraan rekreasi yang terjual di Amerika Serikat. Earthsight dan Auriga menemukan bahwa ketiga perusahaan ini dipasok kayu lapis yang bersumber dari deforestasi di Indonesia.
- Ketiga perusahaan ini termasuk merk kendaraan rekreasi terlaris di Amerika Serikat, yakni Jayco, yang pasokan kayunya terhubung dengan aktivitas deforestasi habitat orangutan seluas tiga kali lapangan bola per hari.
- Temuan-temuan ini secara serius berkebalikan dengan komitmen perusahaan pembuat kendaraan rekreasi mengenai alam dan keberlanjutan.
- Saatnya perusahaan pembuat kendaraan rekreasi mengharamkan penggunaan kayu dari deforestasi, sembari memberlakukan sistem keterlacakan yang kredibel untuk memastikan semua kayu yang dipakainya kredibel.
Lihat liputan terkait The New York Times
Industri kendaraan rekreasi (RV - recreational vehicle) merupakan bisnis besar di Amerika Serikat. Lebih dari 11 juta rumah tangga memiliki masing-masing satu kendaraan ini—jumlah yang terus meningkat.[1] Namun, meski industri ini mempromosikan gaya hidup kembali ke alam dan berkelanjutan, investigasi Earthsight dan Auriga Nusantara mengungkap bagaimana kendaraan rekreasi favorit di Amerika Serikat dibangun dari penghancuran hutan tropis alami di Indonesia.
Lembaran-lembaran kayu lapis ringan dan tahan air lauan—terbuat dari kayu tropis meranti—dipergunakan untuk dinding, lantai, dan langit-langit kendaraan rekreasi.[2] Sekitar 700 kaki persegi (setara 65 meter persegi) lauan dipakai pada setiap kendaraan rekreasi.[3]
Earthsight dan Auriga memulai investigasi ini lebih dari setahun lalu, ketika menelisik peredaran kayu salah satu perusahaan pen-deforestasi Indonesia terkemuka PT Mayawana Persada di Kalimantan Barat, yang mengarahkan para penelisik ke salah satu importir kayu lapis yang berbasis di California, Amerika Serikat. Satu pembeli utama perusahaan ini, seturut temuan, adalah industri kendaraan rekreasi.
Digali lebih dalam, menjadi jelas bahwa satu rantai pasok ini hanyalah puncak gunung es. Kami menemukan bahwa booming kendaraan rekreasi, tanpa disadari didukung oleh warga Amerika yang mencintai alam, telah menjadikan Amerika Serikat sebagai konsumen terbesar kayu tropis Indonesia.
Kami menemukan indikasi bahwa perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang mengimpor dan menggunakan lauan justru menyadari risiko deforestasi barang-barang tersebut, terlihat dari klaim ke publik bahwa keberlanjutan adalah inti dari bisnisnya. Namun, perusahaan-perusahaan ini justru menghindar membayar tambahan biaya kecil untuk memastikan kayu-kayu yang dibelinya dari sumber yang lebih kredibel. Akibatnya? Rantai pasok kendaraan rekreasi menjadi tercemar kayu-kayu deforestasi, dan penggunanya di Amerika Serikat tanpa sadar turut terlibat perusakan lingkungan pada skala industrial.
HUTAN KALIMANTAN DIBULDOSER
Indonesia kehilangan 10,7 juta hektare hutan tropis primer sepanjang 2002-2024 lebih luas dari Kentucky yang tadinya merupakan habitat orangutan, badak, gajah, dan harimau.[4] Hanya Brasil yang kehilangan hutan tropis lebih luas. Hutan-hutan ini dibabat demi pengembangan kebun sawit, kebun kayu cepat tumbuh untuk industri kayu dan pulp.
Meski sempat menurun pada akhir dekade 2010, deforestasi Indonesia kembali meningkat. Analisis Auriga menunjukkan pada 2024 Kalimantan mengalami kehilangan hutan alam terluas di pulau-pulau Indonesia. Kehilangan hutan terluas di pulau ini terjadi di Provinsi Kalimantan Timur, sementara kehilangan hutan terluas secara kabupaten terjadi di Kabupaten Kutai Timur. [5] Menganalisis citra satelit dan peta-peta yang diterbitkan pemerintah mengenai kabupaten ini, kami berhasil melacak penyebab utamanya.

Di Kabupaten Kutai Timur, PT Indosubur Sukses Makmur memiliki izin mengkonversi lebih dari 28.000 hektare habitat orangutan—hampir lima kali Manhattan—menjadi kebun kayu. Sejak 2021, perusahaan ini telah membuldoser lebih dari 1.200 hektare hutan hujan tropis—lebih dari tiga kali Central Park, New York—untuk menggantinya dengan bentang alam gersang berupa tanaman introduksi seperti akasia dan ekaliptus untuk memproduksi produk kayu dan/atau pelet yang akan dibakar untuk menghasilkan energi. Pada tahun 2024 saja perusahaan ini membabat hutan alam seluas 432 hektare, dan tidak terlihat tanda-tanda akan berkurang setelahnya. Perbandingan citra satelit pada 7 Januari 2025 dan 2 Maret 2025 menunjukkan PT Indosubur Sukses Makmur membabat rerata tiga kali lapangan football Amerika setiap hari.[6]
PEMANDANGAN KEHANCURAN
Citra satelit ternyata tidak mampu menceritakan segalanya saat kami mempersiapkan perjalanan ke konsesi perusahaan ini pada Januari 2025. Hamparan hutan tropis lebat nan menakjubkan, membentang sejauh mata memandang di perbukitan karst, mendadak berganti hamparan tanah tandus mengerikan dicabik-cabik jalanan baru dan lalu-lalang alat berat memindahkan kayu-kayu besar yang barusan ditebang dan dipotong.
Perbincangan dengan penduduk setempat mengungkap dampak perusakan alam ini. Masyarakat adat Dayak Desa Teluk Sumbang, desa yang berbatasan dengan konsesi ini, mengalami sendiri bagaimana cara hidup tradisional mereka terancam sejak PT Indosubur Sukses Makmur mulai beroperasi. Penduduk setempat, kepada investigator kami, mengisahkan aktivitas perusahaan ini telah memutus akses mereka terhadap rotan dan madu alam, yang menjadi sumber penghidupan mereka, sementara komunikasi oleh dan kompensasi dari perusahaan sedemikian minim.
Pembabatan hutan membutuhkan biaya, dan buldoser PT Indosubur Sukses Makmur terus dibiayai oleh penjualan kayu-kayu yang mereka tebang. Di Indonesia, gelondongan kayu pembabatan hutan untuk pertanian dan pertambangan merupakan salah satu sumber utama bahan baku industri kayu. Kayu deforestasi ini lebih murah dibanding kayu tebang pilih atau penebangan selektif atau HPH (Hak Pengusahaan Hutan—terma lama bagi konsesi-konsesi penebangan selektif hutan alam), di mana sejumlah kecil kayu dewasa pada sebuah hamparan hutan alam ditebang sementara pepohonan sisanya dibiarkan tumbuh alami memulihkan hutan.
Kayu deforestasi?
Kami menggunakan terma “kayu deforestasi” untuk merujuk pada kayu-kayu hutan alam yang dihasilkan dari pembabatan hutan, praktik yang berbeda dengan tebang pilih. Kayu seperti ini juga dikenal sebagai “kayu konversi”, merujuk pada proses ketika hutan dikonversi menjadi tutupan lahan lain, termasuk kebun monokultur. Bila perusahaan-perusahaan yang melakukan konversi ini memiliki izin untuk membabat hutan dan menjual kayunya, maka kayu deforestasi ini tergolong sah atau legal.
Dari semua jenis pohon yang ditebang dan diolah, yang paling penting adalah meranti (Shorea spp.), spesies kayu tropis utama yang dipakai dalam produksi kayu lapis. Industri kayu lapis sejauh ini merupakan konsumen terbesar kayu bulat tropis di Indonesia. Di Amerika Serikat, meranti biasa disebut sebagai lauan.

Sebaran deforestasi dalam konsesi PT Indosubur Sukses Makmur Mei 2023 - Mei 2025. ©Earthsight/Auriga Nusantara. Citra satelit: ©Sentinel-2, via Google Earth Engine
REKREASI PENGHANCURAN HUTAN TROPIS
Menganalisis catatan pengapalan, laporan-laporan perusahaan, dan dokumen pengadaan kayu, kami berhasil melacak kayu deforestasi PT Indosubur Sukses Makmur ke berbagai perusahaan kayu besar di Amerika Serikat yang memasok kayu lapis lauan ke industri kendaraan rekreasi. Temuan kami mengungkap industri yang sama sekali tidak berkelanjutan.
Menurut Asosiasi Industri Kendaraan Rekreasi (RV Industry Association) kayu lapis lauan digunakan dalam pembuatan hampir setiap kendaraan rekreasi.[7] Jenis kendaraan rekreasi yang paling populer di Amerika Serikat adalah travel trailer, yang 40% di antaranya dibuat oleh satu perusahaan saja, yakni Thor Industries. Perusahaan yang terdaftar di bursa saham ini merupakan pembuat kendaraan rekreasi terbesar di dunia dan memiliki berbagai merk kendaraan rekreasi, termasuk Jayco dan Airstream.[8] Situs web Jayco mengkonfirmasi bahwa kendaraan rekreasi yang dibuatnya, termasuk jenis terlaris di Amerika Serikat, yakni Jayco Jay Flight, menggunakan kayu lapis lauan.[9]

Kayu lapis lauan yang digunakan pada dinding dan atap kendaraan rekreasi yang diproduksi Jayco, ©Earthsight/Alice McCall.
Pemasok lauan terbesar Jayco, sebagaimana terlihat saat penganugerahan penghargaan pemasok tahun 2023 perusahaan tersebut, adalah perusahaan bernama MJB Wood.[10] Catatan pengapalan yang diperoleh Earthsight/Auriga Nusantara menunjukkan bahwa salah satu pemasok lauan MJB Wood adalah perusahaan Indonesia PT Kayu Lapis Alam Murni (KLAM). Pengiriman terkini PT KLAM ke MJB Wood, sebanyak 7 kontainer, berlabuh di Baltimore pada 3 April 2025. Data resmi, yang disampaikan KLAM ke Pemerintah Indonesia, menunjukkan bahwa 87% kayu tropis yang dipakai perusahaan ini pada tahun 2024 berasal dari satu sumber, yakni konsesi pembabat hutan alam PT Indosubur Sukses Makmur.
Analisis lebih luas terhadap pasokan semua pabrik besar memperlihatkan KLAM sebagai pembeli kayu deforestasi terbesar kedua di Indonesia pada tahun 2024. Di sisi lain, catatan pengapalan menunjukkan bahwa 50% ekspor KLAM sepanjang 2024 ditujukan ke Amerika Serikat. Patut ditambahkan bahwa KLAM adalah bagian dari Salim Group, konglomerasi terbesar di Indonesia. Pemimpin grup ini adalah miliarder Anthoni Salim, yang juga menjabat Direktur Utama PT KLAM.[11] Salim Group selama bertahun-tahun dikenal sebagai salah satu aktor utama penghancuran hutan Indonesia.[12]
Catatan pengapalan juga menunjukkan bahwa MJB Wood menerima pasokan lauan dari dua perusahaan Indonesia lainnya pada quarter pertama 2025. Data resmi pasokan kayu dan laporan audit dalam proses sertifikasi legalitas kayu menunjukkan bahwa kedua perusahaan ini juga membeli kayu deforestasi dari Kalimantan, yang sekaligus meningkatkan risiko tercemarnya kayu-kayu impor MJB Wood dengan kayu deforestasi.

Menulusuri rantai pasok kayu deforestasi Kalimantan ke industri kendaraan rekreasi ©Auriga/Earthsight
MJB Wood mengklaim “berdedikasi pada pengadaan dan pabrikasi yang bertanggung jawab”.[13] Thor Industries, di sisi lain, mengklaim bahwa “keberlanjutan adalah prinsip kunci bagaimana kami mengoperasikan perusahaan,” meski laporan keberlanjutan 2024-nya yang bertebal 50 halaman sama sekali tidak menyebutkan kayu yang digunakannya berasal dari hutan tropis yang yang sangat bernilai.[14]
Pembeli terbesar KLAM di Amerika Serikat adalah Tumac Lumber.[15] Baik Tumac Lumber saat ini mencantumkan sederet pembuat kendaraan rekreasi (RV Manufacturers) di antara tiga jenis kliennya mengenai kayu lapis meranti dari Indonesia.[16] Baik Tumac Lumber maupun MJB wood memasok Patrick Industries, satu perusahaan terdaftar dan pemasok suku cadang penting kepada para pembuat kendaraan rekreasi di Amerika Serikat,[17] Hal ini mengindikasikan tercemarnya kayu lapis meranti atau lauan yang dipakai Patrick Industries dengan kayu deforestasi dalam rantai pasoknya.
MJB Wood kini menggandakan bisnis kayu lapis lauan-nya, membangun gudang seluas 500.000 kaki persegi (setara hampir 5 hektare) di Elkhart County, Indiana, sebagai tempat distribusi ke para pembuat kendaraan rekreasi.[18] Elkhart County juga dikenal sebagai ibukota kendaraan rekreasi dunia, dan tempat kantor pusat Patrick Industries, Thor Industries, dan raksasa pabrikan kendaraan rekreasi saingannya, Forest River.
Thor dan Forest River adalah konsumen terbesar Patrick Industries, keduanya membeli suku cadang dan bahan baku senilai lebih USD 1 miliar (setara Rp 16 triliun) dari Patrick Industries pada tahun 2024.[19] Patrick Industries juga memasok Winnebago Industries.[20] Kebijakan lingkungan bertanggung jawab Patrick Industries hanya sepanjang satu halaman kertas, menjanjikan “bekerja dengan para vendor untuk memperkuat aspek sosial dan lingkungan produk dan layanan yang diberikan kepada konsumen”.[21] Tidak ada satu kata pun “kayu” dalam laporan keberlanjutan 2024-nya.[22]
Berdasarkan data-data yang dimiliki Earthsight dan Auriga saat ini, mustahil menyebutkan secara spesifik kendaraan rekreasi atau lini produksi yang mana saja persisnya yang menggunakan kayu deforestasi dari Indonesia. Namun begitu, data-data yang dipaparkan di atas—serta minimnya upaya perusahaan menghindari sumber demikian—berarti bahwa hampir pasti bahwa kayu lapis meranti atau lauan yang diimpor MJB Wood dan Tumac Lumber dari KLAM dan pemasok Indonesia lainnya yang kemudian dijual kepada para pengguna industri kendaraan rekreasi tercampur dengan kayu deforestasi dari Kalimantan.
Semua perusahaan yang disebutkan dalam laporan ini berulang kali dihubungi untuk mendapatkan tanggapan, namun tidak ada yang merespon hingga laporan ini diterbitkan.
PERMASALAHAN HAMPIR SELURUH INDUSTRI
Analisis ini mengungkap industri kendaraan rekreasi kini menjadi konsumen kayu tropis terbesar di Amerika Serikat, menggantikan industri properti yang makin beralih ke material alternatif yang lebih murah.[23] Satu sumber dari kalangan industri memperkirakan setidaknya sepertiga kayu lapis impor Amerika Serikat kini diperuntukkan memproduksi kendaraan rekreasi, sementara data kepabeanan menunjukkan proporsinya mendekati separuh. Impor kayu lapis lauan tahun 2024 sendiri meningkat 88% dibanding tahun sebelumnya.[24]
Terutama karena permintaan terkait kendaraan rekreasi, pada tahun 2024 Amerika Serikat menyalip Jepang menjadi importir kayu lapis Indonesia terbesar.[25] Kalkulasi kami memperkirakan bahwa setiap hari sekitar setara 500 pohon kayu meranti dewasa ditebang di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan industri kendaraan rekreasi di Amerika Serikat.[26]
Pohon-pohon yang ditebang ini termasuk pemanenan yang paling kontroversial di Indonesia. Mencermati keseluruhan industri ini, temuan kami memperlihatkan hampir separuh impor kayu lapis lauan Amerika Serikat tahun 2024 berasal dari perusahaan-perusahaan yang membeli kayu deforestasi secara langsung, sedangkan 19% lainnya dari perusahaan yang membeli kayu dari perantara yang, pada gilirannya, membeli kayu deforestasi.[27]
“YANG MEREKA PEDULIKAN HANYA HARGA (MURAH)”
Semua ini bukan karena minimnya pilihan pada produk berkelanjutan. Kayu bulat meranti dari hutan-hutan yang dikelola secara berkelanjutan bersertifikat FSC (Forest Stewardship Council), label hijau terbesar di dunia mengenai perkayuan, berlimpah di Indonesia.[28] Tapi, kayu tersebut hampir tidak ada yang digunakan oleh industri kendaraan rekreasi Amerika Serikat, karena ketidaksudian membayar tambahan harga premium. PT Kayu Lapis Asli Murni, pemasok MJB Wood dan Tumac Lumber, tak membeli satu pun kayu bersertifikat FSC tahun 2024.
Juga bukan karena ketidaktahuan. Biaya lingkungan akibat penggunaan lauan juga bukan rahasia bagi industri kendaraan rekreasi. CEO Thor Industries pada tahun 2021 mengakui: “... selama puluhan tahun, industri kendaraan rekreasi dipasok lauan tropis dari hutan-hutan yang terus ditebang berlebihan.”[29]
Kenyataannya jauh lebih sederhana. “Perusahaan kendaraan rekreasi tidak pernah menanyakan keberlanjutan,” kata seorang informan dari kalangan dalam industri kepada kami. “Yang mereka pedulikan hanya harga (murah).”
Hal ini sungguh sangat mengejutkan menimbang betapa kecilnya biaya yang sebetulnya diperlukan untuk memenuhi standar keberlanjutan yang paling mendasar. Jika—sebagaimana raksasa renovasi rumah di Amerika Serikat Home Depot [30]—perusahaan pembuat kendaraan rekreasi mewajibkan seluruh lauan-nya bersertifikat FSC, kalkulasi kami menghitung rerata biaya tambahan terhadap setiap kendaraan rekreasi meningkat paling tinggi hanya USD 20 (setara Rp 320.000), atau 0,06% dari harga per kendaraan.[31] Bahkan tidak meningkat sama sekali jika pabrikan menanggung biaya ekstra tersebut—hanya seuplik dibanding laba tahunannya. Pada puncak booming kendaraan rekreasi baru-baru ini, Thor Industries membukukan laba tahunan sebesar USD 2,2 miliar (setara Rp 35,2 triliun) dari penjualan kendaraan rekreasi di Amerika Serikat.[32]

Kayu bulat tropis, ditebang oleh perusahaan pemilik izin konversi hutan alam menjadi kebun sawit, di lahan satu pabrik kayu Indonesia, November 2024. ©Auriga/Earthsight
SAATNYA INDUSTRI KENDARAAN REKREASI MENOLAK KAYU DEFORESTASI
Di Eropa, satu undang-undang yang akan melarang impor produk-produk yang terhubung deforestasi, termasuk kayu, akan diberlakukan pada Desember 2025. Regulasi bernama the European Union Deforestation Regulation (EUDR) ini mewajibkan importir melacak pasokan kayu dan komoditas lain—seperti sapi, sawit, kedelai—hingga ke titik di mana komoditas tersebut dipanen, untuk memastikannya diproduksi secara legal dan tidak mendeforestasi sejak 2020.
Bila eksportir kayu lapis lauan Indonesia diharuskan membersihkan rantai pasoknya ke Eropa, tidak ada keharusan demikian terhadap ekspornya ke Amerika Serikat yang jumlahnya justru jauh lebih besar.
Satu regulasi yang berlaku di Amerika Serikat saat ini, yakni The Lacey Act, memang melarang perusahaan Amerika Serikat mengimpor kayu yang diproduksi atau diperdagangkan ilegal. Tapi, regulasi ini tidak melarang kayu deforestasi yang diproduksi atau diperdagangkan secara legal—sebagaimana kayu dari PT Indosubur Sukses Makmur, yang memiliki izin membabat habis hutan alam. Regulasi ini juga tidak mewajibkan importir Amerika Serikat mengumpulkan informasi mengenai asal-usul kayu selain spesies dan negara tempat pemanenannya. Bahkan, organisasi lingkungan Amerika Serikat mengecam kegagalan penegakan regulasi ini.[33]
Guna menghentikan keterlibatan pembeli kendaraan rekreasi dan konsumen lain terhadap perusakan hutan Indonesia, Pemerintah Amerika Serikat semestinya memberlakukan sejenis EUDR, melarang perusahaan Amerika Serikat membeli kayu deforestasi. Atau setidaknya memperkuat penegakan the Lacey Act dengan menambahkan unsur keterlacakan asal-usul atau ketertelusuran (traceability) kayu di dalamnya.
Mengingat hal ini tampak kecil kemungkinannya pada pemerintahan Amerika Serikat sekarang ini, bola kini berada di tangan perusahaan-perusahaan pembuat kendaraan rekreasi. Tiga perusahaan yang terungkap oleh investigasi ini—Thor Industries, Forest River, dan Winnebago – memproduksi lebih dari 86% kendaraan rekreasi gandeng (towable) dan 83% kendaraan rekreasi bermotor yang terjual di Amerika Serikat tahun lalu.[34] Mereka punya kuasa mengubah bisnis kendaraan rekreasi menjadi industri ramah lingkungan sebagaimana yang mereka gembar-gemborkan selama ini.
Kecintaan terhadap alam dan aktivitas alam bebas yang menyenangkan adalah alasan utama orang Amerika membeli kendaraan rekreasi.[35] Karenanya, tidak terlalu mengherankan ketika sebuah studi menunjukkan mereka “bersedia membayar lebih tinggi untuk kendaraan rekreasi ramah-lingkungan”.[36] Bisa dipastikan mereka akan terkejut mengetahui apa yang sejatinya selama ini terjadi terhadap hutan tropis yang sedemikian bernilai oleh hobi mereka. Para pekemah (campers) yang gusar ini pasti akan mendesak adanya tindakan koreksi nyata.
REKOMENDASI
Pembuat dan pemasok kendaraan rekreasi
- Thor Industries, Forest River, dan Winnebago, serta para pemasoknya termasuk MJB Wood dan Patrick Industries, segera melakukan langkah nyata yang memastikan tiadanya kayu deforestasi pada rantai pasoknya.
- Perusahaan-perusahaan ini segera membentuk tim ahli independen untuk menelisik (assessment) rantai pasok kayunya, melacaknya hingga ke titik tebangan, dan merilisnya ke publik.
- Perusahaan-perusahaan ini mengeluarkan kebijakan pembelian kayu yang cukup jelas dan tegas sebagaimana yang telah dilakukan oleh perusahaan Amerika Serikat lainnya yang pernah mengalami risiko deforestasi sejenis. Kebijakan ini mencakup:
- Melarang pembelian kayu dari pabrik/produsen yang menggunakan kayu deforestasi.
- Memastikan setiap kayu yang dipakai memiliki sertifikat legal, lestari, dan bebas-deforestasi oleh FSC sesuai dengan standar kepatuhan-EUDR yang baru dan lebih ketat.
- Menjawab kelemahan-kelemahan FSC dengan juga memastikan ketertelusuran penuh (full traceability) yang diperiksa melalui audit dan pengujian ilmiah.
- Mewajibkan publikasi laporan tahunan pelaksanaan kebijakan tersebut.
Pengedar dan pemilik kendaraan rekreasi
Pembeli kendaraan rekreasi harus menuntut agar pembuat kendaraan rekreasi mengambil langkah-mendesak nyata yang disebut di atas. Konsumen mestinya menolak membeli kendaraan rekreasi sebelum para pembuatnya melaksanakan hal-hal tersebut. Para pembeli kendaraan rekreasi perlu mendesak semua ini ke distributor (dealer) setempat, yang semestinya melanjutkan desakan tersebut ke pabrikan kendaraan rekreasi.
Investor dan pemilik saham perusahaan pembuat dan/atau pemasok kendaraan rekreasi.
- Thor Industries (THO), Winnebago (WGO), dan Forest River (melalui Berkshire Hathaway - BRK) terdaftar di Bursa Efek New York, sedangkan Patrick Industries (PATK) terdaftar di NASDAQ.
- Investor dan pemilik saham perusahaan-perusahaan ini harus meminta adanya tindakan nyata perusahaan terhadap hal-hal yang diangkat laporan ini, karena mengancam reputasi merk, penjualan, dan laba, serta bertentangan dengan janji-janji keberlanjutan yang selama ini disampaikan kepada investor/pemegang saham.
Notes: Semua link yang dirujuk beroperasi pada 4 Juni 2025 – Auriga Nusantara dan Earthsight menyimpan salinannya – kontak info@auriga.or.id atau info@earthsight.org.uk.